KEKERASAN TERHADAP MAJIKAN

Dari beberapa kasus, ada pula kekerasan yang dilakukan Pembantu Rumah Tangga (PRT) terhadap majikannya

    GABUNG HARI INI BERSAMA SEKOLAH INTERNET MARKETING TERBESAR DI INDONESIA

    DAPATKAN DISCOUNT 25% UNTUK BULAN PERTAMA

    _______________________________________________________________________

Kamis, 09 Agustus 2007

Ulah Keji Pembantu Baru

SI SULUNG DIHABISI SI BUNGSU DISAKITI


Musibah berat dialami keluarga yang tinggal di Bojonggede, Bogor (Jabar) ini. Pembantu yang baru 10 hari bekerja, diduga membunuh dan menganiaya dua anak mereka. Motifnya, diperkirakan ingin menguras harta majikannya.

Si kecil Melani Permatasari (9) mengerang kesakitan di ruang perawatan sebuah rumah sakit di Jakarta. Selang infus menempel di tubuhnya. Sekitar telinga bagian kiri lebam-lebam, juga tangan dan bagian lain tubuhnya. Dengan penuh kesabaran, ibunda Melani, Rahayu (40) menenangkan putri bungsunya. "Tenang Nak, Ibu ada di sini," ujar Rahayu penuh kasih, Jumat (19/12) siang itu.

Sesaat kemudian, Rahayu mengungkapkan, keadaan Melani jauh lebih baik ketimbang hari sebelumnya. Kendati demikian, "Kalau malam, dia sering gelisah. Mungkin teringat peristiwa yang ia alami," ujar Rahayu yang selalu menemani putrinya.
Ada kejadian apa? Ternyata, Melani bukan sakit biasa. Namun, ia jadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan pembantu Rahayu, Din Susilo. Bahkan, sang pembantu juga diduga menewaskan kakak sulung Melani, Dedy Hermawan (23).

KICAU BURUNG KEMATIAN
Rahayu yang wajahnya tampak letih mengisahkan, peristiwa mengenaskan itu terjadi Senin (15/12) lalu. Kala itu sekitar pukul 07.30, ia baru pulang dari belanja di Pasar Citayam. Sampai di rumahnya Kelurahan Pabuaran, Bojonggede (Jabar), ia terkejut ketika David, anaknya yang sekolah di SMA Penabur sudah di depan rumah. Rupanya, David ketinggalan kereta sehingga ia tidak jadi masuk sekolah. "David tak bisa masuk karena semua pintu rumah terkunci," ujar Rahayu.

Perasaan tak enak langsung menyergap batin Rahayu. Apalagi, semua jendela rumah juga tertutup gorden. Ia membayangkan sesuatu yang buruk menimpa anaknya, Dedy dan Meilani, yang ketika ditinggal di pasar ada di rumah. Sementara suami sedang ke Jakarta membeli bakso untuk keperluan dagang mi ayam yang baru dua bulan ini ditekuni. "Saya langsung minta tolong pada Pak RW, mungkin pembantu saya berbuat yang tidak-tidak," ujar Rahayu.

Pak RW Damanhuri, saat itu ada di kebun, tak jauh dari rumah Rahayu. Lantaran semua pintu terkunci, Damanhuri menjebol pintu belakang, yang menurut Rahayu paling gampang dibongkar. David menyusul masuk bersama Damanhuri. Ketika pintu terbuka, dengan perasaan tak enak Rahayu segera memasuki rumahnya. "Saya melihat, Pak RW sudah membopong tubuh Melani yang sudah bersimbah darah. Kata Pak RW, Melani harus cepat ditolong. Beliau mengantarkan Melani ke rumah sakit."

Belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, David mengabarkan bahwa Dedy, kakak sulungnya, tergeletak di dapur. Segera saja Rahayu merangkul tubuh kurus Dedy yang ternyata sudah tak bernyawa. "Puji Tuhan, saya bisa tegar. Saya berdoa di depan jasad Dedy, semoga ia berada di pangkuan Bapa di sorga. Mungkin ini jalan terbaik buat Dedy yang selama hidupnya sering sakit-sakitan," ujar perempuan berdarah Kalimantan yang lahir di Malang (Jatim) ini.

Sebenarnya Rahayu ingin menghubungi ponsel suaminya. Namun, kabel telepon rumahnya diputus. "Saya pinjam telepon tetangga sekaligus memberitahukan kejadian ini. Banyak tetangga yang berdatangan untuk membantu saya," papar Rahayu. Keesokan harinya, jasad Dedy dikebumikan di TPU Kali Mulya.

Meninggalnya Dedy seakan menjawab perasaan tak enak yang bergelayut di hati Rahayu. "Hari sebelumnya, saya mendengar kicau burung yang menurut kepercayaan masyarakat tanda kematian," ujar Rahayu. Yang lebih aneh lagi, lanjut Rahayu, di angkutan umum sepulang belanja, "Tiba-tiba saja terlintas di benak saya ketika Dedy masih bayi. Dia saya dekap. Mungkin saat itu bertepatan dengan dia dipanggil Tuhan. Atau mungkin dia ingin pamitan."

Kuat dugaan Rahayu, pelaku pembunuhan dan penganiayaan berat adalah Din Susilo, pembantunya yang baru 10 hari bekerja di rumahnya. Pasalnya, Din menghilang dari rumah. Lagi pula, uang Rp 5 juta di lemari serta VCD hilang. "Kalau mau merampok, kenapa mesti tega membunuh anak saya. Apalagi Melani keadaannya sakit. Sudah beberapa hari dia demam, makanya hari itu dia tidak sekolah," lanjut Rahayu seraya mengungkapkan ciri-ciri fisik Din. "Dia tidak terlalu tinggi dan berbadan sedang. Kulitnya cokelat dan rambut dibelah tengah, tidak terlalu panjang."

SERING SAKIT-SAKITAN
Berbeda dengan Rahayu yang tegar, sang suami, Aji Hermawan (50) justru sangat terpukul. Begitu terpukulnya, ia mengaku gemetaran saat pertama kali mendengar kabar itu dari istrinya. "Saya akan mengambil bakso di kawasan Sudirman. Belum sampai di tempat tujuan, saya dapat telepon dari istri," ujar Aji kepada NOVA di rumahnya, Kamis (18/12).

Aji menepikan sepeda motornya. Pria yang baru sekitar dua bulan dagang mi ayam di Stasiun Citayam ini mendapat kabar duka. "Pak segera pulang, Dedy meninggal dan Melani di rumah sakit," ujar Aji menirukan ungkapan Rahayu.

Berita ini membuat Aji limbung. Ia mengaku tak bisa mengemudikan sepeda motornya dengan baik. Ia sempat menabrak mobil di kawasan Pejaten. "Saya berdoa agar diberi kekuatan. Tapi, saya tak kuat naik sepeda motor. Lalu, sepeda motor saya titipkan di Unas, kampus anak saya nomor dua yang bernama Ian," ujar bapak empat anak ini.

Akhirnya, Aji naik taksi. "Di tengah perjalanan, saya dapat telepon lagi dari istri. Dia menyarankan, saya sebaiknya mengurus Melani yang dibawa Pak RW ke rumah sakit, Jakarta. Toh, Dedy sudah ada yang ngurus." Hampir bersamaan, Pak RW juga mengabarkan rumah sakit tempat Melani di rawat. "Saya pun meluncur ke sana. Setelah Melani dirawat dokter, saya ke RS PMI, tempat Dedy divisum."

Pandangannya seolah tak percaya ketika melihat, Dedy benar-benar sudah meninggal. "Saya tak menyangka, Dedy pergi secepat itu. Saya sangat dekat dengannya. Ketimbang anak-anak yang lain, saya memang memperlakukan Dedy berbeda. Maklum fisiknya termasuk lemah."

Menurut Aji, semasa hidupnya Dedy sering sakit-sakitan. " Ibaratnya, dia tidak ada waktu untuk sehat. Baru seminggu sembuh, dia sakit lagi. Fisiknya memang lemah sekali. Mungkin karena dia lahir prematur, tujuh bulan dalam kandungan. Beratnya hanya 1,6 kg dan harus masuk inkubator. Sudah begitu, waktu itu saya tidak kerja. Boleh dibilang Dedy sengsara terus," kenang Aji.

NATAL TERASA SEPI
Melihat kondisi anaknya, Aji sempat ingin menyekolahkan anaknya di SLB. Namun, pihak sekolah tidak menerimanya.
"Menurut para guru, sebenarnya Dedy normal. Saya bersyukur Dedy bisa masuk sekolah biasa dan menamatkannya SMA-nya, meski nilainya pas-pasan."

Karena kondisinya ini, lanjut Aji, Dedy tidak pintar bergaul. Sebaliknya, Dedy senang menyendiri. Namun, beberapa bulan menjelang hari-hari akhirnya, Dedy menunjukkan perkembangan membaik. Hal ini diawali menjelang bulan puasa lalu, saat Aji membuka usaha mi ayam di Stasiun Citayam. "Dedy yang membantu saya. Senang sekali dia bisa mencuci mangkuk dan gelas kotor. Lebih senang lagi, dia berani menyapa pembeli," kata Aji dengan mata berbinar.

Sinar mata Aji sesaat meredup ketika menceritakan Aji sempat mengeluh sakit beberapa hari sebelum hari naas itu. "Katanya dia deg-degan. Saya katakan, mungkin dia kebanyakan minum manis. Saya sarankan agar dia banyak minum air putih saja. Eh, esoknya dia kembali mengeluh hal yang sama. Malamnya, saya ajak dia berdoa bersama," ujar Aji seraya mengatakan sehari sebelum meninggal, Dedy berulang tahun ke-23. "Rencananya, minggu berikutnya dia dan adik-adiknya saya ajak ke Ancol."

Di balik kelemahan fisiknya, papar Aji, Dedy adalah sosok anak yang taat beribadah. Tiap hari Minggu, Dedy selalu ke gereja. "Biasanya kami sekeluarga berangkat kebaktian sama-sama. Kalau saya capek dan tidak bisa bangun pagi, dia ke gereja sendiri. Malah dia selalu mengingatkan agar saya ikut kebaktian jam berikutnya."

Itu sebabnya, menurut Aji, Natal kali ini terasa sepi tanpa kehadiran Dedy. Tahun-tahun sebelumnya, keluarga ini merayakan Natal bersama-sama di gereja. Setelah itu, malamnya ada semacam renungan di antara keluarga. Begitu pula saat kebaktian syukur pas Tahun Baru. "Kami saling minta maaf kalau ada kesalahan. Mungkin terasa menyesakkan, menjelang Natal yang bermakna kelahiran Tuhan Yesus ini, bagi keluarga kami kali ini justru ada kematian," tuturnya sembari menundukkan wajah.

SOPAN DAN RAJIN KERJA
Sampai sekarang Aji tak habis pikir, kenapa pembantunya tega berbuat seperti itu. Aji masih ingat jelas ketika pembantunya itu datang pertama kali ke rumahnya. "Sebelumnya saya minta tolong kenalan saya untuk mencarikan pembantu lelaki. Saya, kan, bermaksud mengembangkan usaha mi. Nah, pembantu itu ingin saya jadikan leader. Kalau dia sudah bisa jalan sendiri, saya berencana mencari tempat baru," ujar Aji yang sebelumnya bekerja di sebuah toko swalayan. Namun, ia mengajukan pensiun dini karena alasan kesehatan.

Begitulah, akhirnya sang kenalan membawa pria yang mengaku bernama Din Susilo. "Sekarang saya yakin, itu bukan nama sebenarnya," ujar Aji yang terkesan sikap sopan Din. "Orangnya sopan dan tampak lugu. Dia mengaku baru saja lulus SMEA. Makanya dia mengaku belum punya KTP. Namun, waktu itu saya enggak curiga karena yang membawa, kan, kenalan saya. Katanya, dia tetangga kampung kenalan saya itu di Lampung."

Selain sopan, Din juga rajin kerja. Pagi-pagi, Din sudah memotong-motong ayam untuk persiapan dagang. "Dia ngerti apa yang mesti dikerjakan, tanpa banyak disuruh. Waktu dagang pun, dia sopan pada pembeli. Saya katakan, dialah yang nanti jadi leader usaha ini. Saya nasihati dia agar rajin dan jujur karena itulah kunci orang sukses. Tak saya sangka balasannya seperti ini."

Harapan Aji sekarang, petugas sesegera mungkin menangkap Din. "Saya selalu berdoa agar Tuhan mengasihi Din, mudah-mudahan Din segera bertobat dan tidak mengulangi lagi perbuatannya." Harapan sama disampaikan Rahayu. "Kami sekeluarga tentu lega bila pelaku cepat tertangkap. Dan saya tentu terus berdoa, semoga Tuhan memberi kesembuhan pada Melani."

AKIBAT KEKERASAN TUMPUL
Saat dihubungi NOVA, Kamis (18/12) Kapolsek Bojonggede AKP Ngadi mengungkapkan, pihaknya terus melakukan pengejaran. Pihaknya juga menyelidiki alat yang digunakan pelaku untuk menghabisi Dedy. Martil dan sebilah golok yang ditemukan tak jauh dari TKP disimpan petugas. "Memang belum pasti alat itu yang digunakan. Hanya saja kami perlu antisipasi lebih dulu. Seprai yang penuh bercak darah yang ditemukan di kamar Mei juga kami jadikan barang bukti," ujar Ngadi.

Yang pasti, dari hasil visum, Dedy meninggal karena benda tumpul. Ngadi mengungkapkan, Dedy mengalami luka terbuka, lecet, dan memar di wajah. leher, dada, perut, akibat kekerasan tumpul. "Ditemukan pula patahnya tulang tengkorak dan tulang atap bola mata kiri yang berakibat perdarahan di bawah selaput lunak otak," papar Ngadi.

Sumber : http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=3325&no=2

Selengkapnya!

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

KEMBALI >>>